Di tengah luka yang belum sepenuhnya sembuh, aku pernah berdoa kepada Tuhan. Dengan tulus aku berkata, “Jika suatu saat ada seseorang yang datang dengan niat baik dan sungguh-sungguh, aku berjanji tak akan menolaknya. Tapi cukupkan aku dari mereka yang hanya datang untuk singgah.”
Pada 21 Juni 2024, kami dipertemukan. Bukan dalam suasana yang penuh romansa, tapi cukup untuk membuat hati berhenti sejenak. Ada sesuatu dalam caranya bicara tenang, dewasa, dan penuh niat baik.
Sejak awal, ia adalah laki-laki yang datang membawa kejelasan, bukan keraguan. “Aku ingin serius,” katanya. Dan aku, yang sebelumnya selalu menaruh jarak, perlahan mulai membuka ruang.
Proses yang Penuh Kesabaran
Aku masih belajar percaya, masih menyembuhkan. Tapi ia tak pernah pergi. Ia hadir tanpa menuntut, tanpa tergesa. Ia menunggu dengan tulus, dan berjalan bersamaku dalam proses panjang yang tak selalu mudah.