Awal pertemuan
Kala itu adalah pertemuan dua raga tanpa sengaja. Aku yang tak mampu menyapanya, dan dia yang hanya melihat ragaku dengan nayanikanya di balik jendela. Karsa itu mulai menggelitik hatiku, aku ingin mengenal perempuan itu lebih jauh. Mencari cara agar mendapat urutan angka dengan namanya yang syahda. Melalui teman semasa sekolahku yang ternyata adalah saudara dari perempuan baswara itu, perlahan aku berhasil masuk dalam dunianya yang penuh dengan kama.
Menjalin hubungan
Ke ajaiban semesta berpihak, kami menjalin hubungan bertahun-tahun. Tentu dengan jalan dan proses yang berliku. Bahkan kami sempat menepi masing-masing di dermaga yang berbeda, sampai akhirnya kembali berjalan beriringan. Hebatnya, dia mampu berjarak sejauh itu denganku, dengan waktu yang sudah jelas tidak singkat. Dia mampu menunggu dengan senyum yang selalu aku rindu, dengan derana yang tak pernah hilang. Tidak sekali aku berpesan "Tunggu aku, ya?" dan pesanku selalu dia iyakan dengan harap dia mau menerima segala kurang yang aku punya.