Pagi itu, di bangku Sekolah Dasar yang riuh rendah, aku pertama kali melihatnya. Tiara, nama panggilannya, rambut panjang yang tergerai dan mata yang tekun membaca, langsung mencuri perhatianku. Sejak saat itu, Dia menjadi bintang di setiap cerita dan impianku. Namun, takdir memiliki rencana lain, aku harus pindah ke kota lain, meninggalkan dia dan semua kenangan masa kecil bersama.
Tahun-tahun berlalu, membawaku kembali ke pangkuan kota kelahiranku. Jantungku berdesir hebat saat kali pertama bertemu dengan dia lagi. Senyumnya masih sama, memancarkan kehangatan yang tak lekang oleh waktu, ada sedikit yang berbeda kini rambutnya sudah pendek, tapi tetap cantik, wajahnya masih dengan senyum manisnya. Obrolan singkat itu bagaikan pembuka lembaran baru. Kami mulai intens bertemu, berbagi tawa dan cerita, memupuk kembali benih cinta yang sempat tertunda.
Kisah kita tak selamanya mulus. Beberapa kali, badai menerpa, memaksa kita untuk berpisah. Setiap perpisahan terasa lebih berat, menyisakan kerinduan yang mendalam. Ada benang tak terlihat yang terus menarik aku kembali kepadamu. Hingga suatu saat, setelah perpisahan yang terasa paling menyakitkan, sebuah kesadaran menghantam: kami memang ditakdirkan untuk bersama.
Waktu seolah melaju kencang. Tak terasa, 24 tahun sudah terlewati sejak pandangan pertamaku padamu di bangku Sekolah Dasar itu. Di hari yang cerah, dengan jantung berdebar dan tekad bulat, aku mantapakan hati untuk meminangmu.
Dear sayangku Tiara, Terimakasih sudah lahir ke dunia, terimakasih sudah memilihku menjadi suami mu, semoga kita selalu saling menguatkan dan terus mencintai, akan kuberikan yang terbaik yang bisa kuberikan.
Love
Oki Rio Pambudi